Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Implementasi Teori Kepribadian CARL ROGERS

Latar Belakang Sejarah

Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman –pengalaman terapeutiknya.
Rogers dikenal sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda – beda tergantung pada pengalaman – pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.
Semasa mudanya, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931.
Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
Hasil karya Rogers yang paling terkenal dan masih menjadi literatur sampai hari ini adalah metode konseling yang disebut Client-Centered Therapy. Dua buah bukunya yang juga sangat terkenal adalah Client-Centered Therapy(1951) dan On Becoming a Person (1961).

Teori Kepribadian Rogers
Rogers tidak terlalu memberi perhatian kepada teori kepribadian. Baginya cara mengubah dan perhatian terhadap proses perubahan kepribadian jauh lebih penting dari ada karakteristik keppribadian itu sendiri. Namun demikian, karena dalam konseling selalu memperhatikan perubahan – perubahan kepribadian, maka atas dasar pengalamannya Rogers memiliki pandangan khusus yang sekaligus menjadi dasar dalam menerapkjan asumsi – asumsinya terhadap proses konseling.
Rogers mengungkapkan terdapat tiga unsur yang sangat essensial dalam hubunbgannya dengan kepribadian, yaitu ;
1. Self, adalah bagian dari kepribadian yang terpenting dalam pandangan Rogers. Self disebut pula self
concept, merupakan persepsi dan nilai – nilai individu tentang dirinya atau hal – hal lain yang
berhubungan dengan dirinya. Self meliputi dua hal, (1) Self real, merupakan gambaran sebenarnya
tentang dirinya yang nyata, (2) Ideal self, merupakan apa yang menjadi kesukaan, harapan, atau
yang idealisasi tentang dirinya.
2. Medan Fenomenal (fenomenal field) merupakan keseluruhan pengalaman seseorang yang diterimanya baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Kita mampu memahami fenomenal field seseorang hanya dengan menggunakan kerangka pemiiran internal individu yang bersangkutan (imternal frame of referance)
3. Organisme, merupakan keseluruhan totalitas imdividu yang meliputi ; pemikiran, perilaku dan keadaan fisik. Organisme mempunyai satu kecenderungan dan dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkandiri.
Kepribadian menurut Rogers merupakan hasil dari interaksi yang terus menerus antara organisme, self dan medan fenomenal. Untuk memahami perkembangan kepribadian perlu dibahas tentang dinamika kepribadian berikut
1. Kecenderungan mengaktualisasikan diri. Rogers beranggapan bahwa organismw manusia adalah unik dan memiliki kemampuan untuk mengarahkann mengatur, mengontrol dirinya dan mengembangkan potensinya. Kecenderungan mengaktalisasikan ini sifatnya terarah, konstruktif dan ada dalam kehidupannya. Kecenderungan mengaktualisasi sebagai daya dorong ( motive force ) individu, yang bersufat inherent, karena sudah dimiliki sejak dilahirkan, hal ini ditunjukan dengan kemampuan bayi untuk memberikn penilaian apa yang terasa baik (actualizing) dan yang terasa tidak baik (nonactualizing) terhadap peristiwa yang diterimanya.
2. Penghargaan positif dari orang lain
Self berkembang dari interaksi yang dilakukan oeganisme dengan realitas lingkungannya, dan hasil interaksi ini menjadi pengalaman bagi ndividu. Lingkngan sosial yang sangat berpengaruh adalah orang – orang yang bermakna baginya, seperti orang tua atau terdekat lainnya. Seseorang akan berkembang positif, apabila di dalam berinteraksi itu mendapatkan penghargaan, penerimaan, dan cinta dari orang lain (positive regard). Tentunya penghargaan positif yang diberikan kepada individutidak diberikan dengan cara memaksa atau bersyarat karena pemberian penghargaan yang bersyarat akan menghambat pertumbuhannya.
3. Person yang berfungsi secara utuh. Individu yang terpenuhi kebutuhannya, yaitu memperoleh penghargaan positif tanpa syarat dan mengalami penghargaan diri, akan dapat memncapai kondisi yang kongruensi antara self dan engalamannya, pada akhirnya dia akan dapat mencapai penyesuaian psikologis secara baik. Rogers menegaskan bahwa orang yang demikian ini menjadi pribadi yang berfungsi secara sempurna (fully functional person), yang ditandai oleh keterbukaan terhadap pengalaman, percaya kepada organismenya sendiri, dapat mengekpresikan perasaan – perasaannya secara bebas, bertindak secara mandiri, dan krteatif (Rogers, 1970). Fully functioning ini pada dasrnya sebagai tujuan hidup manusia.
Penerapan Teori Rogers dalam Pemecahan Kasus
Illustrasi Kasus
Sebut saja namanya Dodo, siswa kelas II A Tehnik Informatika, SMK Farmasi Semarang. Dodo adalah anak pertama dari 3 bersaudara, adik pertamanya duduk di kelas 3 SMP N 4 Semarang, dan adik yang kedua duduk di kelas 2 SMP N 6 Semarang. Keluarganya termasuk tergolong mampu karena ayah Dodo bekerja sebagai pegawai di PT. KAI Purwodadi, sedangkan ibunya hanya bekerja di rumah sebagi ibu rumah tangga..
Sosok Dodo tergolong siswa yang rajin dan mempunyai motivasi tinggi dalam belajar, walaupun prestasi yang didapat hanya biasa – biasa saja. Dodo juga banyak dikenal teman – teman sekolahnya sebagai pribadi yang bertubuh tambun, humoris dan aktif dalam kegiatan ekstra. Sebagian besar guru sekolahpun mengenalnya sebagai pribadi yang cukup baik. Besar harapan dan angan – angan yang ada dibenaknya, setelah tamat SMK nanti , ia bercita – cita akan melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi
Saat menginjak semester 4 menjelang kenaikan kelas, ayahnya terkena PHK dari perusahan tempatnya bekerja karena perusahaan sedang mengalami pailit. Hal tersebut berdampak pada kondisi perekonomian keluarganya, padahal ayahnya adalah tulang punggung ekonomi keluarga satu – satunya. Bagaimana nanti pemenuhan kebutuhan pokok kelurga, belum juga biaya sekolahnya dan adik – adiknya. Padahal Dodo ingin melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.
Kondisi seperti ini membuat pribadi Dodo mulai berubah tidak seperti biasanya, sikapnya tidak sehumoris dulu, keaktifannyapun dalam kegiatan ekstra khususnya mulai menurun, di dalam hati kecilnya kerkata ” akankah nanti aku dapat melanjutkan sekolahku..??? Semangat motivasi belajarnyapun menurun , terlihat dari beberapa nilai ulangan pelajaran tidak sebagus nilai – nilai yang dulu.
Sebagian besar guru sekolahnyapun melihat pribadi Dodo berubah dalam satu bulan ini, sehingga membuat wali kelasnya prihatin ”apa sebenarnya yang terjadi pada anak didiknya itu”.Setelah dialkukan pendekatan pada Dodo akhirnya diperoleh inti permasalahannya , wali kelasnyapun menyarankan agar Dodo berkonsultasi kepada guru pembimbing di sekolahnya. Akhirnya dengan tanpa perasaan terpaksa Dodo berkunjung ke guru pembimbing / konselor sekolahnya.
Identifikasi Masalah
Dalam kasus yang dialami oleh Dodo dapat di simpulkan
1. Sejak ayahnya di PHK, kondisi perekonomian keluarganya mulai tidak menentu, hal ini berdampak pada menurunnya psikis Dodo, pribadinya sedikit berubah. Sosok humoris dan semangat belajarnya mulai menurun, sehingga berdampak pada penuruna nilai – nilai ulangan harian.
2. Keaktifannya dalam kegiatan ekstra kurikulerpun menurun, di sisi afektifnya Dodo merasa cita – cita untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi kelak tidak akan terlaksana.
3. Dodo terpanggil untuk berkonsultasi pada konselor sekolah tanpa paksaan dari siapapun.
Pandangan Terhadap Klien
Berdasar teori kepribadian yang disampaikan, Rogers beranggapan bahwa klien adalah manusia yang memiliki kemampuan untuk membimbing, mengatur dan mengendalikan dirinya sendiri. Secara lebih lengkap Roger memandang manusia sebagai :
1. Manusia cenderung melakukan aktualisasi diri, hal ini dapat dipahami bahwa organisme akan mengaktualisasikan kemampuannya dan memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri.
Konselor harus berpandangan bahwa keadaan klien (Dodo) adalah merupakan proses pengaktualisasian diri menuju konsep diri yang lebih baik
2. Perilaku manusia pada dasarnya sesuai dengan persepsinya tentang medan fenomenal dan individu itu mereaksi medan itu sebagaimana yang dipersepsi. Oleh karena itu persepsi individu tentang medan fenomenal bersifat subjektif.
Bahwasanya pengalaman – pengalaman ini akan menjadikan perilaku Klien (Dodo) lebih dewasa dalam hidupnya menuju fully functioning person*
3. Manusia pada dasarnya bermartabat dan berharga dan dia memilki nilai – nilai yang dijunjung tinggi sebagai hal yang baik bagi dirinya.
Dalam hal ini konselor harus memandang klien mahluk yang bermartabat dan berharga, dan konselor harus yakin bahwasanya klien memiliki nilai – nilai yang baik bagi dirinya sendiri.
4. Secara mendasar manusia itu baik dan dapat dipercaya, konstruktif tidak merusak dirinya.
Disini konselor harus memandang klien adalah manusia yang baik dan dapat dipercaya, tidak mungkin klien bertingkah laku yang dapat merusak dirinya sendiri.
(Mata kuliah Teori Kepribadian)
* menjadi pribadi yang berfungsi secara sempurna (Rogers,1970)

Posting Komentar

0 Komentar