Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

TEORI PEMBANGKIT (AROUSAL)

TUGAS PSIKOLOGI LINGKUNGAN
TEORI PEMBANGKIT ( AROUSAL )



Ø  PENGERTIAN
      Teori pembangkit Arousal
Pembangkit / Arousal adalah keadaan emosi seseorang yang berkaitan dengan gairah, nafsu, semangat, termotivasi, atau kebangkitan. Jadi arousal dapat bergerak dari keadaan yang penuh semangat, gairah, atau kebangkitan, sampai pada keadaan sebaliknya yakni tidak bersemangat, tidak bergairah sama sekali, atau malas. Emosi-emosi seperti ini sangat memepengaruhi kinerja seseorang menyelesaikan tugas-tugas kognitif misalnya mengingat, belajar, membuat keputusan dan memecahkan masalah.
Teori Arousal dalam Psikologi Lingkungan. Dalam Psikologi Lingkungan, hubungan antara arousal dengan kinerja seseorang dapat dijelaskan sebagai berikut:
• tingkat arousal yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah
• makin tinggi tingkat arousalnya. akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula (Sarwonb 1992).
Pembangkitan terhadap penginderaan melalui peningkatan rangsang, dapat meningkatkan hasil kerja pada tugas-tugas yang sederhana. Akan tetapi justru akan mengganggu dan menurunkan prestasi kerja dalam tugas-tugas yang rumit. Misalnya suara musik di dalam mobil dapat merangsang semangat pengemudi, tetapi suara suara musik yang sama dapat mengganggu konsentrasi orang yang sedang memecahkan persoalan yang rumit (Sarwon« 1992; Veitch & Arkkelin, 1995). Sebagai gambaran lain Veitch & Arkkelin (1995) memberi contoh bahwa perubahan kinerja amat beragam pada peningkatan suhu pada pekerja wanita, pekerja tambang, dan para pekerja beragam jenis laboratorium.
Yerkes & Dodson telah menguji hubungan antara arousal dengan kinerja seseorang dalam suatu tugas. Dia berasumsi bahwa:
·         Hubungan antara tingkat tekanan, semangat, atau keadaan termotivasi dengan kinerja dalam tugas adalah berbentuk kurva “U” terbalik. Kinerja optimal dapat terjadi apabila semangat (arousal) berada pada tingkat yang sedang atau moderat.
·         tinggi Tingkat optimal dari semangat atau gairah berhubungan secara terbalik dengan tingkat kesulitan tugas.

Teori Schachter-Singer (Interpretasi Tentang Pembangkitan Tubuh) Teori kontemporer ini menyatakan bahwa emosi yang kita rasakan adalah benar dari interpretasi kita tentang sesuatu yang membangkitkan/menaikkan keadaan tubuh. Schachter dan Singer berpendapat bahwa keadaan tubuh dari keterbangkitan emosional adalah sarna untuk hampir semua emosi yang kita rasakan dan itu terjadi jika ada perbedaan psikologis dalam pola respon tubuh. Ketika terjadi perubahan dalam tubuh yang membingungkan, teori ini mengatakan bahwa terdapat emosi lain yang dapat dirasakan dari naiknya kondisi tubuh. Orang dikatakan memiliki perbedaan subjektif dalam emosi karena perbedaan dalam cara mereka mengartikan atau mempersepsikan keadaan psikologis mereka. Dengan kata lain, pemberian keadaan terbangkit (arousal), kita merasakan emosi yang nampaknya cocok dengan siuasi dimana kita menemukan diri kita sendiri.

Rangkaian kejadian dalam memproduksi perasaan emosi menurut teori ini adalah:
(I)                persepsidarisituasipotensialyangmenghasilkanemosi,
(II)             keadaantubuhyangterbangkitkan dengan hasil dari persepsi ini yang ambigius (mendua), dan
(III)          interpretasi dan menamai keadaan tubuh sehingga cocok dengan situasi yang diterima





Ø  Tingkat Arousal
Apabila seseorang berada pada tingkat arousal atau semangat yang sangat tinggi, atau sebaliknya sangat rendah, ia cendeerung menunjukkan kinerja yang kurang efektif. Alasannya adalah:
·         Kinerja buruk pada semangat tingkat rendah disebabkan karena banyak isyarat yang tidak relevan pada tugas pada saat itu muncul dalam pikiran seseorang.
·         Kinerja buruk pada semangat tingkat tinggi disebabkan karena beberapa isyarat yang relevan dengan tugas pada saat itu diabaikan.

Arousal (Pembangkit). Banyak emosi mempunyai komponen pembangkit. Ketika kita emosional, kita sering merasa bergairah. Beberapa teori telah berpendapat bahwa semua emosi adalah hanya tingkat dimana seseorang atau binatang dihasut. Meski tidak semua orang setuju dengan gagasan ini, tingkat keterbangkitan adalah bagian penting dari emosionalitas.Contohnya,tingkatyangtinggidalamketerbangkitanadalahdalamkemarahan, ketakutan dan kenikmatan, sedangkan tingkat keterbangkitan yang rendah adalah kesedihan dan depresi.
Sejumlah struktur dalam inti otak secara langsung melibatkan pengaturan dan pengkoordinasian pola-polaaktivitas ciri dari emosi yang lebih kuat, khususnya takut, marah, dan kesenangan. Inti ini bagian dari otak termasuk hipothalamus dan suatu kelompok yang kompleks yang dikenal dengan nama sistem limbik. Istilahlimbik berasal daribahasa Latin yang artinya "batas". Struktur dari sistem ini berbentuk cincin atau lingkaran diseputar batang otak dari otak bawah. Percobaan-percobaan telah menunjukkan bahwa kerusakan dalam struktur sistem limbik ini menghasilkan perubahan besar perilaku emosi binatang, membuat binatang buas menjadi jinak atau binatang jinak menjadi buas. Stimulasi pada bagian-bagian tertentu dari sistem limbik dan hipothalamus menghasilkan pola-pola perilaku yang sangat mirip dengan emosi yang terjadi secara alamiah. Stimulasi listrik di bagian sistem limbik dan hipothalamus, seperti halnya bagian otak lainnya, disenangi binatang dan menyenangkan bagi manusia (Heath dalam Morgan, dkk., 1986).
Keadaan keterbangkitan bagian dari emosi dilakukan untuk meningkatkan kegiatan dari sel-sel otak dalam cerebral korteks, sistem limbik, dan hipothalamus. Aktifitas sel-se\ di daerah otak ini secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh serabut-serabut syaraf yangmenyebardaridaerahintiotak- formasiretikuler- mencapaisemuadaerahotakyang terlibat dalam pengaturan emosi. Ketika kegiatan serabut-serabut dari formasi retikuler harus naik atau mendaki, untuk mencapai daerah otak yang lebih tinggi terlibat emosi, pengaktifan bagian dari formasi retikuler disebut ARAS (ascending reticuler activating system). Suatu ketika, ketika anda tidak bisa rileks, arahkan ARAS anda. ARAS secara mendasar terlibat untuk membuat kita tetap terjaga, berjaga-jaga dan curiga.

Ø  HAL – HAL YANG YANG MEMPENGRUHI
-        Emosi
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah tertanam melalui mekanisme evolusi. Akar kata emosi adalah movere (bahasa latin) yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut kamus Oxford English Dictionary” mendefenisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Secara umum, para psikolog memfokuskan pendefenisian emosi pada tiga komponen utama: perubahan fisiologis (perubahan pada wajah, otak dan tubuh), proses kognitif (interpretasi suatu peristiwa), dan pengaruh budaya (membentuk pengalaman dan ekspresi emosi)
. Emosi adalah situasi stimulasi yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan subjektif, dan kecenderungan melakukan suatu tindakan yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan-peraturan yang terdapat di suatu kebudayaan.
Sebagian ahli, menggolongkan antara emosi primer dan emosi sekunder. Golongan emosi-emosi primer yang merupakan penggerak dasar tingkah laku. Tingkah laku terwujud dari emosi primer ataupun sekunder (gabungan antara beberapa emosi primer).
Aktivitas emosi dipengaruhi oleh aktivitas fisiologis (otak dan transformasi hormon). Amigdala merupakan suatu bagian kecil dari otak kita yang memiliki peran penting dalam emosi, terutama rasa takut. Amigdala bertugas mengevaluasi informasi sensorik yang kita terima, dan kemudian dengan cepat menentukan kepentingan emosionalnya, dan membuat keputusan untuk mendekati atau menjauhi suatu objek atau suatu situasi. Amigdala bekerja mengevalusi bahaya atau ancaman. Peran Prefrontal Cortex, adalah merespon dan memotivasi respon-respon tertentu, mengatur dan menjaga agar emosi tetap seimbang (perasan suka dan benci, menjauh dan mendekat dan lain-lain).
Kelenjar yang berhubungan dengan emosi adalah kelenjar adrenalin yang akan memproduksi hormone epinephrine dan norepinephrine. Hormon ini bekerja sebagai respon terhadap beragam tantangan dalam lingkungan. Hormone ini akan diproduksi pada saat tertawa, geli, marah, takut dan lain-lain

-        Motivasi
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri individu (drive) yang membuat seseorang melakukan sesuatu. Motivasi seperti bahan bakar pada mesin, menentukan mesin bergerak atau akan terdiam selamanya. Istilah motivasi, seperti halnya kata emosi, berasal dari kata latin, yang berarti “bergerak”. Ilmu psikologi tentu saja mempelajari motivasi, sasarannya adalah mempelajari penyebab atau alasan yang membuat kita melakukan apa yang kita lakukan. Motivasi merujuk pada pada proses yang menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju suatu tujuan, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan.
Motivasi memiliki penekanan pada tujuan (goals). Tujuan yang telah kita tetapkan dan alasan yang kita miliki untuk mengejar tujuan tersebut akan menetapkan pencapaian (prestasi) yang kita dapatkan, meskipun tidak semua tujuan akan menuntun kita pada prestasi yang nyata. Tujuan dapat meningkatkan motivasi apabila kondisi berikut ini
Tujuan bersifat spesifik. Tujuan yang tidak jelas, seperti “melakukan yang terbaik”, bukalah tujuan yang efektif, tujuan ini bahkan tidak berbeda dengan tidak memiliki tujuan sama sekali. Kita perlu lebih spesifik menentukan tujuan, termasuk menentukan waktu pengerjaan.
Tujuan harus menantang, namun dapat dicapai. Kita cenderung bekerja keras untuk mencapai tujuan yang sulit namun realistis. Semakin tinggi dan semakin sulit suatu tujuan maka semakin tinggi juga tingkat motivasi dan kinerja kita, kecuali kita memilih suatu tujuan yang mustahil dicapai.
Tujuan kita dibatasi pada mendapatkan apa yang kita inginkan, bukannya apa yang tidak kita inginkan. Tujuan mendekat (approach goal) merupakan penglaman positif yang kita harapkan secara langsung, seperti mendapatkan nilai yang lebih baik atau mempelajari cara menyelam dilaut. Tujuan menghindar (avoidance goal) melibatkan usaha menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti berusaha tidak mempermalukan diri sendiri.
Mendefiniskan tujuan yang kita miliki akan semakin mendekatkan kita dengan keberhasilan. Namun apa yang terjadi bila kita menemukan rintangan? Beberapa orang akan menyerah saat menghadapi kesulitan atau mundur, sedangkan beberapa orang lainnya justru termotivasi saat menghadapi tantangan. Sebuah pertanyaan penelitian: Factor apakah yang dapat memprediksi bahwa bakat, ambisi, dan IQ dapat memprediksi orang akan terus berusaha atau akan menyerah? Pendapat umumnya menyatakan bahwa eksistensi motivasi bersifat dikotomi (seseorang memiliki motivasi atau sebaliknya tidak memiliki motivasi, tidak ada motivasi antar keduanya). Hal lain yang mempengaruhi kekuatan motivasi seorang adalah jenis sasaran yang akan diusahakan (apakah untuk menunjukkan kemampuan atau untuk mendapatkan kepuasan dari proses tersebut)
Ø  Proses Kognitif
Proses kognitif areanya sangat luas (proses berpikir, intelegensi, pengetahuan umum dan lain-lain). Disini kita hanya akan membahas antara intelegensi dan emosi. Intelegensi emosional adalah suatu kemampuan mengidentifikasi emosi yang dialami oleh diri sendiri dan orang lain dengan akurat, kemampuan mengekspresikan emosi dengan tepat, dan kemampuan mengatur emosi pada diri sendiri dan orang lain. Orang yang memiliki intelegensi emosional (EQ) yang tinggi mampu menggunakan emosi mereka untuk meningkatkan motivasi mereka, menstimulasi pemikiran yang kreatif, dan mengembangkan empati terhadap orang lain. Orang-orang yang memiliki intelegensi emosi yang kurang baik akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi emosi pada diri mereka sendiri.
Beberapa orang memiliki argumen bahwa intelegensi emosional bukanlah kemampuan kognitif yang spesial, melainkan kumpulan karakteristik-karakteristik kepribadian, seperti empati dan ekstroversi. Terlepas dari kontroversi yang ada, pengembangan konsep intelegensi merupakan sesuatu yang sangat berguna bagi kita semua. Pengembangan tersebut memaksa kita berpikir kritis mengenai makna intelegensi dan memaksa kita mempertimbangkan beragam jenis “intelegensi yang membantu kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Pendekatan kognitif juga membantu penyusuran berbagai strategi pembelajaran anak-anak yang mampu secara efektif meningkatkan kemampuan anak dalam membaca, menulis, mengerjakan pekerjaan rumah dan menjalani ujian. Sebagai contoh, anak-anak diajari menggunakan waktu dengan bijak sehingga tidak menunda-nunda dan mampu membedakan persiapan untuk ujian pilihan ganda dengan ujian essai. Yang paling penting, berbagai pendekatan baru dalam menjelaskan intelegensi telah menghapus set mental yang keliru, yang menganggap intelegensi yang diukur oleh tes IQ satu-satunya variabel yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam kehidupannya
-        Hubungan Emosi, Motivasi dan Proses Kognitif
Berbagai temuan yang mengindikasikan adanya pengaruh-pengaruh keadaan emosi seseorang terhadap aktivitas kognisi dapat dilihat dalam beberapa pendekatan teoritis. Khusus pendekatan arousal, disini membahas tentang emosi, motivasi dan pengaruhnya terhadap proses kognitif yang sedang berlangsung.
A. Network Theory (teori jaringan kerja)
Teori ini dikembangkan oleh Gordon Bower dkk (1980). Teori ini didasarkan atas asumsi bahwa emosi-emosi disimpan sebagai node-node atau komponen-komponen di dalam ingatan semantik. Setiap emosi yang menonjol seperti gembira, murung (depresi), atau ketakutan, memiliki komponen atau unit khusus di dalam ingatan yang terkumpul bersama-sama dengan banyak emosi yang lain seperti jaringan. Masing-masing unit emosi tersebut juga dihubungkan oleh proposisi yang menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi ketika seseorang sedang mengalami emosi itu. Node-node emosi ini dapat diaktifkan kembali oleh berbagai stimulus, misalnya simbol-simbol bahasa atau objek-objek fisik.
Contoh: kenangan indah yang pernah dialami pada waktu masih muda, dapat dimunculkan kembali dari ingatan seseorang ketika mendengarkan lagu-lagu atau kenangan masa lalu.

B. Schema Theory (Tori Skema)
Teori ini berpandangan bahwa orang-orang yang memiliki emosi atau suasana hati tertentu memiliki suatu bungkai kerja yang digeneralisasikan yang disebut skema yang serupa dengan suasana hati tersebut. Jadi, orang yang sedang mengalami kesedihan akan memiliki skema sedih dan menggunakannya untuk mengorganisasikan informasi.
Teori skema secara konseptual hampir serupa dengan teori network, karena keduanya mendasarkan pandangan pada struktur pengetahuan (knowledge structures) yang berupa suatu jaringan atau skema di dalam system kognitif manusia. Perbedaan yang menonjol antara kedua teori ini adalah:
Teori network berpijak pada asumsi bahwa suatu unit emosi dapat diaktifkan kembali dari jaringan seseorang, sementara teori skema menggunakan asumsi berupa pemberlakuan kerangka kerja yang disebut skema terhadap informasi yang baru atau di kemudian.
Teori network lebih terkenal daripada teori skema. Namun, dewasa ini teori skema mengalami perkembangan dan kemajuan, sehingga sekarang para ahli psikologi juga mulai banyak menggunakan teori skema untuk menjelaskan berbagai fenomena kognitif manusia.

C. Resource Allocation or Capasity Model (Teori Alokasi Sumber kapasitas)
Teori ini dikembangkan secara luas oleh Henry Ellis dkk (sejak pertengahan tahun 1980-an). Ide dasar dari teori ini adalah pemberian jatah kapasitas perhatian terhadap suatu tugas yang cocok. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan:
 Peranan keadaan emosional dalam mengatur jumlah kapasitas yang diperuntukkan bagi beberapa tugas kognitif.
Permintaan atau tuntutan tugas-tugas itu sendiri terhadap pemrosesan kapasitas.
Model ini diambil dari konsep tentang alokasi terhadap sumber-sumber kapasitas yang merupakan bagian dari teori kapasitas yang merupakan bagian dari teori kapasitas umum untuk menerangkan fenomena perhatian (attention). Teori ini berasumsi bahwa terdapat keterbatasan sumber kapasitas perhatian yang dapat dialokasikan oleh seseorang kepada setiap tugas yang dikerjakan.
Kognisi manusia tidak selalu bersifat rasional karena melibatkan banyak bias dalam persepsi dan dalam ingatan manusia. Sebaliknya, emosi juga tidak selalu bersifat rasional, emosi dapat menyatukan manusia, mengatur jalannya sebuah hubungan dan memotivasi orang dalam mencapai suatu sasaran. Tanpa kemampuan merasakan emosi, manusia akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan atau dalam merencanakan masa depannya.




Beberapa contoh pengaruh emosi dan proses kognitif adalah:
o Suasana hati dan pemilihan informasi
Gagasan mengenai pengaruh suasana hati terhadap pemilihan informasi disebut mood conqruence effect. Pengaruh yang menunjuk pada penemuan bahwa orang-orang lebih cenderung mengingat informasi yang sesuai atau sama seperti keadaan suasana hati yang sedang dialami pada waktu mereka mempelajari suatu materi atau memproses informasi.
o Suasana hati dan mengingat kembali
Efek ketergantungan terhadap suasana hati muncul apabila materi dalam suasana hati tertentu diingat kembali dengan baik apabila seseorang diuji dalam suasana hati yang serupa dengan ketika ia mempelajari atau menerima informasi tersebut.
o Suasana hati dan proses transformasi informasi
Transformasi informasi dikenal sebagai incoding, ialah informasi disimpan didalam gudang ingatan setelah informasi itu diterima melalui alat indera (sensory).
o Suasana hati dan ketepatan menilai hubungan
Jika pada beberapa proses kognisi yang lain orang melihat pengaruh dari keadaan emosi sedih seperti depresi dan stres lebih bersifat merusak atau mengganggu dari pada menguntungkan. Tapi ini dapat terjadi sebaliknya.
o Suasana hati dan penggalian informasi
Ada dua kemungkinan, dimana suasana hati akan mempengaruhi proses penggalian informasi, menguntungkan atau merugikan.
o Suasana hati dan proses berusaha
Pengaruh ini sangat bergantung pada jenis tugas yang diberikan kepada seseorang.


o Kecemasan dan kinerja
Banyak penelitian menunjukkan bahwa kecemasan memiliki pengaruh negatif yang berkibat menurunkan pengaruh negatif yang berakibat menurunkan kapasitas kognitif seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas yang lebih sukar atau konplek.
o Emosi dan kesaksian
Banyak dijumpai bahwa, keadaan stres atau cemas dapat menyebabkan ingatan seseorang terganggu. Stres berat dapat mengurangi ketepatan pemberian kesaksian oleh seorang saksi mata ketika berada di ruang pengadilan.
o Suasana hati dan atribusi
Susana hati yang baik atau buruk dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dari kinerja. Dari hasil penelitian penelitian menunjukkan bahwa suasana hati mempunyai pengaruh yang bersifat moderat terhadap atribusi yang dilakukan seseorang.
o Suasana hati dan pemecahan masalah secara kreatif
Secara umum dapat dikatakan bahwa suasana hti positif lebih meningkatkan perilaku kreatif daripada suasana hati yang netral, sedangkan suasana hati yang negatif cenderung menurunkan perilaku kreatif.
o Suasana hati dan pembuatan keputusan
Proses pembuatan keputusan dapat dipeengaruhioleh faktor afeksi. Faktor afeksi yang sering dijadikan variabel penelitian adalah suasana hati (mood), misalnya sedih, marah atau cemas atau sebaliknya bahagia atau senang.

Posting Komentar

1 Komentar

terima kasih